Kamis, Juni 12, 2008

Kasus FPI : Permainan Intelijen Yang Cerdas

Belum lama di Indonesia, sekitar satu bulan yang lewat, demonstrasi menjalar seperti jamur. Menentang keputusan SBY-JK yang menaikkan harga BBM, isu itu jadi ramai, hampir di seluruh belahan Indonesia. Mahasiswa jadi motor penggerak untuk menolak kebijakan tidak populis itu. Aksi massa tidak bisa menghentikan niat pemerintah untuk menaikkan harga BBM, berdalih harga minyak dunia yang naik, harga minyak bersubsidi-pun naik.
Isu segera beralih ke Bantuan Langsung Tunai (BLT), protes dimana-mana, pro dan kontra tentu saja. BLT yang disebut sebagai pengganti subsidi barang ke subsidi orang menurut bang Andi Malarangeng, sang juru bicara presiden. Dengung kenaikan BBM mulai sepi, orang-orang membicarakan BLT, dari Menteri Sosial sampai ke Kepala Desa. Banyak yang kontra dengan kebijakan ini, tapi tetap saja berjalan. Demonstrasi mulai marak lagi, kali ini menolak BLT.
Tapi seketika semuanya jadi sepi, ketika pada tanggal 1 Juni terjadi bentrokan FPI dengan sebuah aliansi kebebasan beragama. Isu lama kembali menyeruak, Ahmadiyah. FPI yang bertndak anarkis menjadi hujatan banyak pihak di Indonesia. BBM dan BLT memudar, nama-nama seperti Habib Rizieq Shihab dan Munarman jadi sorotan.
Sekilas, ini hanya seperti sebuah fenomena sosial biasa. Tapi jiwa konspirasi saya menyatakan salut kepada agen intelijen yang berhasil dengan suksesnya mengalihkan isu. Cerdas, walaupun tidak begitu mulus.