Kamis, April 03, 2008

The Goddess of Harvest

Ada sebuah cerita, sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu. Ceritanya pasti sama, about a girl. Dulu ketika di Pekanbaru , ibukota Riau diadakan sebuah gelar kebudayaan tingkat dunia berlabel, Festival Budaya Melayu Dunia, I forget the year, 2003 or 2004. Sebuah exhibition besar-besar diadakan, sebuah stand dimana sekolah-sekolah yang katanya terbaik di Pekanbaru bergabung dalam satu stand. Sebuah stand yang sebenarnya kurang penting, dalam sebuah even kebudayaan malah menampilkan karya-karya ilmiah yang bila saya pikir-pikir sekarang, sangat tidak menarik.

But that stand make benefit for me, dan dua teman saya lainnya. Kami yang sudah kelas 3 dan merasa jenuh terhadap pelajaran menjadikan exhibition sebagai ajang pelarian. Lumayan bolos 3 hari. Apa yang kami lakukan di sana hanya, melihat orang berlalu-lalang. Makan nasi bungkus ketika makan siang lalu pada sore hari kembali ke kediaman saya yang tercinta. Actually I do some idiot task there, but better not to explain.

Tapi ada sesuatu yang aneh, ada seseorang yang menarik di sana. Yeah, she's cute, interesting and smart of course. I won't tell her name. Yang pasti, saya tertarik dengannya. Tertarik lah, doesn't need to tell you more. Jujur saja alasan saya tetap ingin berada di acara itu adalah, mungkin dia. Sangat terlihat memang sifat "Mata Keranjang saya." Teman saya yang bersama saya membolos itu tahu hal itu, dan kebetulan mereka berdua memilik nama sama, Ricko. Unfortunately, dia jarang datang, Sangat mengecewakan, tapi tak apalah.

After the exhibition end, kalau tidak salah di hari terakhir dia datang dan it was fun. Tapi sialnya, ternyata, she's already taken. Too bad, ruin all my plan, tapi bukan berarti bisa berteman bukan. Dengan penuh kekecewaan, saya tetap menjaga kontak dengan perempuan itu.

Sms demi sms dan telfon demi telfon. Sampai suatu ketika teman saya yang mengetahui rumah perempuan itu mengajak saya berkunjung. What's that? A sign? Tidak tahulah, yang pasti setelah itu, I'm get into her, damn!

Yang menarik dari dia bukan wajahnya yang manis, tapi kecerdasan dan kerendahan hatinya. Honestly, semuanya dari dia sangat menarik. Bayangkan situasinya seperti ini, anda seseorang yang menyukai sastra dan suka menulis. Bertemu dengan seorang gadis yang pintar dan bila sudah menulis sesuatu, damn, sangat menarik.

Time goes on, dia masih tetap bersama pacarnya dan saya tetap masih seerti menginginkannya. Sampai akhirnya, waktu untuk berpisah terjadi. Dia pergi ke seberang lautan dan saya tetap tinggal. Menyesakkan dada memang, namun tetap bersemangat mengingat dia akan tetap kembali ke kota itu. The bad news come, dia akan segera pindah, ke kota terbesar di republik ini. Itu yang sedikit menyedihkan. Dia pergi, with her last smile, and still thinking about her.

She's become available again, and I don't want to waste a chance. But, she's fall in love with another man, which was not me. Even when move on to the same island. Setelah itu, lost contact. Yang saya tahu, hidupnya jadi jauh lebih baik. Studi yang lancar dengan nilai yan memuaskan, bahkan sekarang sedang dikirim ke sebuah negara di timur jauh untuk pertukaran pelajar. She's enjoying her life, saya mesti turut berbahagia bukan.

Lucu memang, ketika sudah berusaha melupakan, dengan banyak berkenaln dengan perempuan lain. She's always on my mind, dam! I look so weak, don't I? Tapi sudahlah, yang saya takutkan ini hanya sebuah obsesi. Saya tidak pernah memberi tahu, buat apa, seharusnya dia mengerti bukan? She's smart. Atau memang dia memposisikan saya tetap pada tempat teman. Yang salah bukan dia, tapi tetap saja saya. Ketika dia mengenalkan saya pada bait puisi Sapardi Djoko Darmono, hmmmmm…mungkin seperti bait itu saya harus bersikap. Bahkan di sebuah chat ringan dia menyanggupi untuk menjadi pendamping daya pada saat wisuda, should I be glad?

Satu yang saya lumayan ingat adalah, she's like Adam Sandler song, yang I wanna Grow Old With You. Saya baru sadar beberapa tahu belakangan kalau lagu itu bagus, sebelumnya sih biasa saja, maklum tingkat intelegensia yang rendah terhadap musik.

I don't know, yang pasti saya bangga pernah mengenal dia dan always pray for her better life. I hope she's always smile, even not for me.



But how I miss the girl
And I'd go a million times around the world just to say
She had been mine for a day.
Aubrey - Bread

Tidak ada komentar: